SEJARAH
SMA Negeri 1 Ciseeng dibuka mulai tahun pelajaran 2006/2007. Karena belum memiliki gedung, kegiatan belajar mengajar pada saat itu berlangsung di gedung SMP Negeri 1 Ciseeng. Status penegeriannnya di-SK-kan oleh Bupati Bogor dengan surat keputusan nomor 422.3/263/Kpts/Huk/2007, tanggal 4 April 2007.
Pada tahun pelajaran 2008/2009, gedung mulai dibangun, terdiri atas empat ruang kelas dan satu unit WC siswa. Gedung sekolah ini berdiri di atas lahan seluas ± 9880 m², terletak di Jalan Cibeuteung Muara RT 02/06, Desa Putatnutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Lokasinya berjarak ± 2 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Ciseeng, dan 150 meter dari jalan raya Tk II.
LETAK GEOGRAFIS
Kecamatan Ciseeng berjarak ± 20 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, terdiri atas sepuluh desa dengan jumlah penduduk ± 93.000 jiwa. Letak wilayah kecamatan ini sangat strategis, menjadi jalan alternatif Bogor – Tangerang – Depok – Jakarta.
Mata pencaharian penduduknya beragam, sebagian besar adalah buruh. Ada buruh kebun, buruh tani ikan. Selain itu, ada pula buruh/kuli galian pasir karena di daerah ini terdapat area-area galian pasir.
Indentitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 CISEENG
NSS : 302020232128
NPSN : 20232376
Status Sekolah : Negeri
SK. Penegerian : SK Bupati Bogor
Nomor 22.3/263/Kpts/Huk/2007 Tanggal 04 April 2007
Tahun Pendirian : 2006
Luas Tanah : 9880 m²
Status Tanah : Milik Sendiri / PEMDA
Akreditasi sebelumnya : Tahun 2013, Hasil: A (88,16)
b. Alamat Sekolah
Provinsi : Jawa Barat
Kabupaten : Bogor
Kecamatan : Ciseeng
Desa : Putatnutug
Jalan : Jalan Cibeuteung Muara RT 02/06
Kode Pos : 16330
Nomor Telepon / Fax : -
Website : www.sman1ciseeng.sch.id
Motto: SETIA
- S = Spiritual
- E = Edukatif
- T = Terampi
- I = Intelek
- A = Amanah
Pada tahun pelajaran 2009/2010 SMAN 1 Ciseeng mendapatkan bantuan dana block grant untuk pembangunan laboratorium IPA, dan tahun pelajaran berikutnya mendapatkan enam RKB pula dari APBD Kabupaten Bogor sehingga jumlah ruang belajar bertambah. Akan tetapi, jumlah tersebut belum memadai karena jumlah siswa terus bertambah dan belum adanya ruang kantor guru/staf. Akhirnya, dengan menggunakan laboratorium IPA sebagai ruang belajar dan menyekat satu ruang untuk dua rombel, KBM bisa berlangsung satu shift. Peningkatan jumlah siswa secara rinci bisa dilihat pada bagian-bagian berikutnya.